Kemandirian dan Kreativitas Pemuda | Pemuda Indonesia Foundation Kemandirian dan Kreativitas Pemuda | Pemuda Indonesia Foundation

Kemandirian dan Kreativitas Pemuda

Posted by Gerakan Pemuda Indonesia Berani Bermimpi On 3:52 PM


Kemandirian dan Kreativitas Pemuda


“Kesuksesan dan kreativitas satu sama lain saling mendukung, mereka yang paling kreatif itulah biasanya yang paling sukses. Jika Anda ingin meningkatkan peluang sukses, maka tingkatkanlah kreativitas Anda.”

Salah satu masalah yang tak kalah penting adalah jumlah pengangguran dikalangan pemuda. Persoalan ini kiranya jadi masalah pelik, bahkan bagi pemerintah sekalipun. Menurut data BPS pada Februari 2009, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,6 juta jiwa. Delapan puluh persen di antaranya adalah pengangguran usia produktif (pemuda). Data per Agustus 2008, pengangguran terdidik di Indonesia mencapai angka 961.000 orang yang terdiri dari 598.000 penganggur sarjana dan 362.000 penganggur diploma. Ironisnya, angka pengangguran sarjana dalam kurun waktu satu tahun ini meningkat tajam, yaitu mencapai 1,4 juta orang!
Padahal, pemuda memiliki aset potensial untuk dioptimalkan membangun bangsa. Selain usia produktif, pemuda juga memiliki potensi kreativitas dan kemampuan intelektual. Mulai saat ini pemuda harus mengembangkan potensi kreativitas dalam rangka membuka peluang usaha baru.

Alasan Kenapa Anda harus kreatif?
Adapun alasan seseorang harus kreatif dalam menjalani kehidupannya yaitu antara lain:
1.      Hidup selalu berhadapan dengan masalah sehingga diperlukan adanya ide-ide kreatif untuk mengatasi dan memecahkan masalah.
2.      Persaingan tidak pernah berhenti sehingga harus selalu kreatif dalam menghasilkan ide-ide untuk membuat atau memperbaiki produk agar tetap unggul.
3.      Seringkali yang membedakan seseorang dengan yang lain adalah kreativitas dirinya dalam hal mencari solusi, menghasil ide-ide terobosan, dan dalam menjalankan tugas Anda.
4.      Orang kreatif tidak menyerah menyerah, karena selalu memiliki solusi alternatif.
Berfikir kreatif, adalah menemukan cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan segala sesuatu (Schwartz, 2007). Tentunya sebagai pusat kendali dari berfikir kreatif adalah otak manusia yang beratnya tidak lebih dari 1,5 kg namun merupakan pusat berfikir, berperilaku, serta pusat emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan , serta bahasa dan ingatan. Yang tentunya perlu didukung oleh rasa percaya diri, kreativitas dan gairah, serta mempunyai keyakinan bahwa masa depan akan gilang-gemilang.

Tahapan proses berfikir kreatif
Tahap persiapan : Seorang pemikir atau creator memformulasikan masalahnya dan mengumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang kadang-kadang meski telah lama berkosentrasi pemecahan masalah belum juga muncul.
Tahap inkubasi : Pemikir mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang dihadapuinya berarati telah dimana tahap ini ide ide yang mencampuri dan mengganggu cenderung menghilang, sementara pengalaman baru dapat menambah kunci bagi pemecahan masalah.
Tahap iluminasi : Pemikir mengalami insight atau tiba-tiba muncul pemeccahan masalah muncul dengan sendirinya.
Tahap evaluasi : Evaluasi yang dilakukan setelah adanya pemecahan masalah dengan tujuan untuk menilai sudah tepat atau belum, apabila belum maka kembali lagi ke tahap awal.
Tahap revisi : Apabila cara permasalahan telah tepat atau mungkin perlu penyresuaian dan perbaikan-perbaikan di sana-sini maka pada tahap revisi ini perbaikan masalah agar menjadi lebih tepat.

Hambatan dalam berfikir kreatif
Untuk mengembangkan berfikir kreatif dalam upaya untuk memecahkan permasalahan dapat dilakukan dengan cara menanggulanginya secara langsung dan menyadari pengaruh-pengaruh yang menghambat proses pemecahan masalah untuk kemudian menyingkirkannya dan akhirnya meniadakan hambatan-hambatan tersebut, jadi yang utama adalah menyadari hal-hal yang menghambat diri kita untuk menciptakan ide-ide baru. Terdapat 6 (enam) hambatan :

1. Hambatan yang dibuat sendiri
Menafsirkan sesuai peraturan –peraturan kaku yang telah mendarah daging dalam diri kita sehingga tidak flexible dalam berfikir dan tidak melihat kemungkinan-kemungkinan peneyelesaian lainnya. Kita terpaku pada satu jawaban karena pandangan kita sendiri.

2. Hambatan untuk tidak berusaha menantang kenyataan
Terlalu sering menerima hala-hal yang kita lihattanpa berusaha memeriksa kebenaran cara kita melihat atau tanpa mempersoalkan mengapa demikian

3. Hambatan mencari jawaban tungggal yang tepat
Seringkali terbelenggu dengan anggapam bahwa suatu persoalan hanya memiliki satu jawaban tunggal yang tepat sehingga cenderung memberikan suatu jawaban yang paling lazim atau memberikan jawaban yang kita perkirakan diinginkan oleh si penanya.

4. Hambatan karena kelaziman
Terjadi karena kita sidah terbiasa memberikan jawaban yang paling lazim yang diberikan oleh kebanyakan orang yaitu jawaban konvensional. Banyak orang yang tidak berani memberikan jawaban orisional yang lain dari yang lain (tidak lazim) karena takut dianggap aneh olrh orang lain. Orang kreatif selalu berusaha untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan lainnya disampaing jawaban yang paling lazim.

5. Hambatan untuk member penilaian terlalu cepat
Orang yang terlalu berfikir analitis sering cenderung terlalu cepat memberikat penialaian sehingga mematikan suatu ide sebelum muncul atau berkembang

6. Hambatan takut dianggap bodoh
Tidak mau memberanikan diri untuk mengemukakan ide-ide karena takut dianggap bodoh oleh orang lain. Senang mencari aman dengan berdiam diri daripada memberikan suatu gagasan yang mungkin akan ditertawakan atau diejek oleh orang lain.

    Karya

    More on this category »

    Inspirasi

    More on this category »

    Event

    More on this category »

    About Us

    More on this category »