Kemandirian dan Kreativitas Pemuda
“Kesuksesan
dan kreativitas satu sama lain saling mendukung, mereka yang paling kreatif
itulah biasanya yang paling sukses. Jika Anda ingin meningkatkan peluang
sukses, maka tingkatkanlah kreativitas Anda.”
Salah satu masalah yang tak kalah penting adalah jumlah
pengangguran dikalangan pemuda. Persoalan ini kiranya jadi masalah pelik,
bahkan bagi pemerintah sekalipun. Menurut data BPS pada Februari 2009, jumlah
pengangguran di Indonesia mencapai 9,6 juta jiwa. Delapan puluh persen di
antaranya adalah pengangguran usia produktif (pemuda). Data per Agustus 2008,
pengangguran terdidik di Indonesia mencapai angka 961.000 orang yang terdiri
dari 598.000 penganggur sarjana dan 362.000 penganggur diploma. Ironisnya,
angka pengangguran sarjana dalam kurun waktu satu tahun ini meningkat tajam,
yaitu mencapai 1,4 juta orang!
Padahal, pemuda memiliki aset potensial untuk
dioptimalkan membangun bangsa. Selain usia produktif, pemuda juga memiliki
potensi kreativitas dan kemampuan intelektual. Mulai saat ini pemuda harus mengembangkan
potensi kreativitas dalam rangka membuka peluang usaha baru.
Alasan Kenapa Anda harus kreatif?
Adapun
alasan seseorang harus kreatif dalam menjalani kehidupannya yaitu antara lain:
1.
Hidup selalu berhadapan dengan masalah sehingga
diperlukan adanya ide-ide kreatif untuk mengatasi dan memecahkan masalah.
2.
Persaingan tidak pernah berhenti sehingga harus selalu
kreatif dalam menghasilkan ide-ide untuk membuat atau memperbaiki produk agar
tetap unggul.
3.
Seringkali yang membedakan seseorang dengan yang lain
adalah kreativitas dirinya dalam hal mencari solusi, menghasil ide-ide
terobosan, dan dalam menjalankan tugas Anda.
4.
Orang kreatif tidak menyerah menyerah, karena selalu
memiliki solusi alternatif.
Berfikir kreatif, adalah menemukan cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan segala sesuatu (Schwartz, 2007). Tentunya sebagai pusat kendali dari berfikir kreatif adalah otak manusia yang beratnya tidak lebih dari 1,5 kg namun merupakan pusat berfikir, berperilaku, serta pusat emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan , serta bahasa dan ingatan. Yang tentunya perlu didukung oleh rasa percaya diri, kreativitas dan gairah, serta mempunyai keyakinan bahwa masa depan akan gilang-gemilang.
Berfikir kreatif, adalah menemukan cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan segala sesuatu (Schwartz, 2007). Tentunya sebagai pusat kendali dari berfikir kreatif adalah otak manusia yang beratnya tidak lebih dari 1,5 kg namun merupakan pusat berfikir, berperilaku, serta pusat emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan , serta bahasa dan ingatan. Yang tentunya perlu didukung oleh rasa percaya diri, kreativitas dan gairah, serta mempunyai keyakinan bahwa masa depan akan gilang-gemilang.
Tahapan proses berfikir kreatif
Tahap
persiapan : Seorang pemikir atau creator memformulasikan masalahnya dan
mengumpulkan semua fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang
kadang-kadang meski telah lama berkosentrasi pemecahan masalah belum juga
muncul.
Tahap
inkubasi : Pemikir mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang
dihadapuinya berarati telah dimana tahap ini ide ide yang mencampuri dan
mengganggu cenderung menghilang, sementara pengalaman baru dapat menambah kunci
bagi pemecahan masalah.
Tahap
iluminasi : Pemikir mengalami insight atau tiba-tiba muncul pemeccahan masalah
muncul dengan sendirinya.
Tahap
evaluasi : Evaluasi yang dilakukan setelah adanya pemecahan masalah dengan
tujuan untuk menilai sudah tepat atau belum, apabila belum maka kembali lagi ke
tahap awal.
Tahap
revisi : Apabila cara permasalahan telah tepat atau mungkin perlu penyresuaian
dan perbaikan-perbaikan di sana-sini maka pada tahap revisi ini perbaikan
masalah agar menjadi lebih tepat.
Hambatan dalam berfikir kreatif
Untuk
mengembangkan berfikir kreatif dalam upaya untuk memecahkan permasalahan dapat
dilakukan dengan cara menanggulanginya secara langsung dan menyadari
pengaruh-pengaruh yang menghambat proses pemecahan masalah untuk kemudian
menyingkirkannya dan akhirnya meniadakan hambatan-hambatan tersebut, jadi yang
utama adalah menyadari hal-hal yang menghambat diri kita untuk menciptakan
ide-ide baru. Terdapat 6 (enam) hambatan :
1. Hambatan
yang dibuat sendiri
Menafsirkan
sesuai peraturan –peraturan kaku yang telah mendarah daging dalam diri kita
sehingga tidak flexible dalam berfikir dan tidak melihat
kemungkinan-kemungkinan peneyelesaian lainnya. Kita terpaku pada satu jawaban
karena pandangan kita sendiri.
2. Hambatan
untuk tidak berusaha menantang kenyataan
Terlalu
sering menerima hala-hal yang kita lihattanpa berusaha memeriksa kebenaran cara
kita melihat atau tanpa mempersoalkan mengapa demikian
3. Hambatan
mencari jawaban tungggal yang tepat
Seringkali
terbelenggu dengan anggapam bahwa suatu persoalan hanya memiliki satu jawaban
tunggal yang tepat sehingga cenderung memberikan suatu jawaban yang paling
lazim atau memberikan jawaban yang kita perkirakan diinginkan oleh si penanya.
4. Hambatan
karena kelaziman
Terjadi
karena kita sidah terbiasa memberikan jawaban yang paling lazim yang diberikan
oleh kebanyakan orang yaitu jawaban konvensional. Banyak orang yang tidak
berani memberikan jawaban orisional yang lain dari yang lain (tidak lazim)
karena takut dianggap aneh olrh orang lain. Orang kreatif selalu berusaha untuk
mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan lainnya disampaing jawaban yang
paling lazim.
5. Hambatan
untuk member penilaian terlalu cepat
Orang
yang terlalu berfikir analitis sering cenderung terlalu cepat memberikat
penialaian sehingga mematikan suatu ide sebelum muncul atau berkembang
6. Hambatan
takut dianggap bodoh
Tidak
mau memberanikan diri untuk mengemukakan ide-ide karena takut dianggap bodoh
oleh orang lain. Senang mencari aman dengan berdiam diri daripada memberikan
suatu gagasan yang mungkin akan ditertawakan atau diejek oleh orang lain.