Hancurkan Para Pembatas | Pemuda Indonesia Foundation Hancurkan Para Pembatas | Pemuda Indonesia Foundation

Hancurkan Para Pembatas

Posted by Gerakan Pemuda Indonesia Berani Bermimpi On 11:25 PM
Pembatas yang dimaksud  yaitu sebuah keadaan yang membelenggu pikiran sehingga sulit untuk bergerak berubah selangkah lebih maju. Pernakah kita mendengar atau mengucapkan kalimat berikut ini:
  1. Sepertinya saya tidak mampu menyelesaikan masalah ini?
  2. Wajar saja kamu sukses karena kamu kan banyak fasilitas sedangkan saya sebaliknya?
  3. Pekerjaan orang tua saya sebagai tukang becak mana mungkin bisa kuliah?
  4.  Saya kan tidak kaki mana mungkin bisa melakukan hal itu?
  5. Saya kan orang bodoh sepertinya menyelesaikan PR ini akan terasa sangat sulit sekali? 
Semua pertanyaan diatas saya katagorikan sebagai kalimat pembatas, yang membuat siapapun yang mengucapkannya tidak akan berani mengarungi samudera kehidupan yang dipenuhi ombak-ombak besar hanya orang yang berani melewatinya saja akan meraih banyak kenikmatan hidup. Saya akan uraikan beberapa hal yang terkategori pembatas.
            Pertama, Ekonomi; bagi orang yang kelas ekonomi menengah kebawah sering menjadikan ketidak mampuan ekonomi sebagai alasan atau pembenaran untuk tidak meraih impian. Dengan mengatakan “ah mana mungkin bisa kuliah saya kan keluarga yang tak mampu’ atau ‘ah mana mungkin saya jadi juara kelas wong buku paket aja nggak punya’ dan seterusnya
            Kedua, Fisik; kalau kita perhatikan memang fisik menjadi salah satu komponen penting dalam hidup ini, dengan memiliki tubuh yang sempuna tanpa cacat akan dengan mudah melakukakan aktivitas apapun. Tetapi yang perlu saya tekankan, bukan berarti dengan tubuh cacat tidak bisa meraih impian. Pada faktanya banyak orang yang cacat menjadi sukses besar bahkan menjadi orang yang berpengaruh.
            Ketiga, Budaya; Bangsa kita dikenal sebagai budaya timur yang dikenal ramah, sopan dan baik. Bangsa yang paling banyak budaya daerahnya, setiap daerah berbeda-beda adat istiadat sehingga banyak sekali adat-adat yang justru berlainan dengan agama. Misalnya membakar kemenyam setiap malam jumat kliwon, atau memberikan sesajen kepada ratu laut kidul yang justru adat seperti itu memupuk budaya boros. Selain itu kita sering mendengar pepatah yang mengatakan ‘ wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh pekerjaannya tidak jauh dari dapur-sumur-kasur’ atau ‘ makan nggak makan asal ngumpul’ dan seterusnya
            Kelima, inteligensia; rendahnya kecerdasan sering pula menjadi pembenaran untuk tidak berprestasi, seolah-olah hidupnya tidak akan mungkin sukses.
            Jika semua alasan diatas masih membelenggu pikiran kita maka selama-lamanya keadaan kita seperti itu bahkan sampai akhir hayat. Justru Kita harus berpikir terbalik 180 derajat membuang semua belengu-belenggu diatas. Saya ingin meyakinkan, bahwa Kekayaan bukanlah menjadi kunci utama meraih impian. Banyak orang yang awalnya miskin menjadi orang kaya dan buanglah ketong sampah peryataan ini “wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh pekerjaannya tidak jauh dari dapur-sumur-kasur’ atau ‘ makan nggak makan asal ngumpul’. Justru Allah memerintahkan kepada kita untuk terus mencari ilmu setinggi-tingginya hingga ajal menjemput, bahkan hal ini menjadi kewajiban. Jika Kita seorang wanita carilah ilmu setinggi-tingginya bahkan bila perlu menjadi seorang professor atau bekerja di perusahaan besar, tetapi jangan melupakan kodrat Kita sebagai seorang wanita yang menjadi pendidik bagi anak dalam rumah tangga, dan menjadi penyejuk hati suami tatkala memkitangnya. Ciptakanlah suasana rumah bagaikan syurga sehingga suami dana anak-anak akan selalu ingat dan rindu. Jangan sampai Kita menjadi wanita yang melupkan hal itu, ingat ! ridhonya suami akan menjadi kunci sukses Kita di akherat kelak. Begitupun jika kita miskin untuk makan sehari-hari saja sulit, jangan hanya diam dirumah menunggu belas kasihan orang lain. Jangan selalu mengharapkan pemberian orang lain. Kita harus keluar rumah dan cari rejeki itu dimana saja dan lakukan pekerjaan apa saja yang penting halal, meski pekerjaan itu menjijikkan dalam pkitangan manusia, hal itu lebih baik dan terhormat  dari pada meminta-minta di jalanan. Jangan tergantung pada orang lain karena hal itu akan membuat derajat atau harga diri Kita selalu diinjak-injak kalau sudah seperti itu diri Kita tidak mempunyai nilai jual yang tinggi. Berjalanlah sendiri meski jalan itu banyak duri dan pecahan beling, meskipun harus berdarah-darah, hal itu lebih mulia dibandingkan harus merangkak penuh kehinaan diatas karpet merah. Bangkitlah  dan buanglah belenggu para pembatas yang ada dalam diri kita. Ingat setiap kali kita melakukan pembenaran atas keterbatasan yang dimiliki maka selama-lamanya Kita akan terbelenggu tidak mampu untuk melangkah. Tetapi jika setiap kali kita tidak melakukan pembenaran atau menghiraukan atas belenggu keterbatasan maka Kita satu langkah lebih maju. Jadikan hal itu sebagai energi panas yang selalu membangkitkan diri untuk senantiasa bergerak maju kedepan. 
            Kesuksesan tidak selalu identik dengan kecerdasan yang dimiliki seseorang. Banyak bukti yang membantah hal itu, pada faktanya banyak orang yang tidak memiliki kecerdasan tinggi malah mengalami kesuksesan dalam hidupnya. Mari kita perhatikan secuil fakta berikut :
  1. Thomas Alfa Edison
Ia dikeluarkan dari SD karena dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah atau sekarang dikenal ‘lambat’ (dull-witted).
Dengan kerja keras ibunya, Mrs Nancy Alliot, Thomas berhasil menjadi seorang Ilmuan jenius dengan penemuan terbesar “lampu pijar” dan lebih dari 1200 penemuan lainnya.
  1. Leonardo da Vinci
Dinyatakan sebagai siswa yang lambat menangkap dan hingga akhir hayatnya tidak mampu menghafal alfabet A – Z. Tetapi dengan lukisan yang di beri judul “Monalisa”, dunia menjadikannya sebagai seorang maestro (jenius) dalam dunia lukisan.
walhasil kecerdasan bukan lah kunci utama untuk menggapai kesuksesan dalam hidup. David J. Schwartz, dalam buku The Magic of Thinking success menjelaskan mengenai penyakit pikiran yang membatasi gerak langkah untuk menggapai mimpi alias penyakit dalih (excuisitis). Orang-orang gagal senantiasa berdalih mengenai keterbatasan yang dimiliki mereka. Penyakit dalih tersebut biasanya muncul 4 bentuk, yaitu: dalih kesehatan, dalih inteligensi, dalih usia dan dalih nasib.
          Dalih kesehatan biasanya ditkitai dengan ucapan, “Kondisi fisik saya tidak sempurna”, “Saya tidak enak badan”, “Jantung saya lemah”, dan sejenisnya. Orang sukses tidak pernah menganggap cacatnya itu sebagai hambatan.Sejumlah besar tokoh-tokoh dunia bahkan punya cacat fisik. Presiden Amerika ke-32 Franklin Delano Roosevelt menderita polio,Shakespeare lumpuh, Beethoven tuli, Napoleon Nonaparte memiliki postur tubuh yang sangat pendek. Dalih inteligensi diitkitai dengan ucapan, “Saya kan bodoh”, “Saya kan tidak rangking teratas”. Inilah dalih yang paling umum ditemukan. Selanjutnya, dalih usia yang ditkitai dengan ucapan, “Saya terlalu tua”, “Saya masih terlalu muda”, “Biarkan yang lebih tua yang duluan”, dan sejenisnya. Padahal tidak ada batasan usia dalam meraih sukses. Berikutnya adalah dalih nasib, misalnya dengan mengatakan , “Aduh, nasib saya memang selalu jelek”, “Itu sudah nasibku”, “Itu memang takdir” Memang amat mudah untuk selalu menyalahkan nasib. Padahal nasib kita ditentukan oleh kita sendiri. Tuhan telah memberikan hidup dengan sejumlah pilihan.
          Para pembatas banyak hinggap di benak pikiran, pikiran yang membelenggu kuat hingga membuat kita tidak mampu untuk bergerak dan membuat kejutan luar biasa dalam hidup kita. Namun bukan berarti hidup kita akan selesai begitu saja selesai tanpa arti, melainkan masih ada peluang besar untuk melepaskan belenggu pembatas yang bersemayan dalam benak kita caranya adalah mulai saat ini juga katakan pada diri kita bahwa SAYA BISA dan katakan juga pada setiap aktivitas yang menurut kita agak sulit bahwa SAYA BISA.Insya Allah kita akan sukses dan enjoy menghadapi hidup ini. Cobalah !

    Karya

    More on this category »

    Inspirasi

    More on this category »

    Event

    More on this category »

    About Us

    More on this category »