Begitu banyaknya diatara kita yang menghabiskan waktu hanya untuk melamun dan melakukan rutinitas yang menjenuhkan. Dan tidak jarang rutiitas ini dilakukan bertahun-tahun lamanya. Misalnya mahasiswa, setiap pagi berangkat ke kampus dan pulang sore hari ke kost-an selanjutnya di kos-an mengerjakan PR, makan, nonton TV, lalu tidur dan keesokan harinya berangkat lagi ke kampus. Banyak orang menyebut mahasiswa yang seperti ini adalah KUPU-KUPU alias kuliah pulang-kuliah pulang.
Terkadang kita terjebak dalam rutinitas, dan yang lebih parahnya lagi adalah banyak yang tidak sadar bahwa mereka terkungkung dengan rutinitas itu. Seorang karyawan perusahaan berangkat pukul 07.00 dari rumah dan mungkin pulang pukul 18.00 lalu tidur pukul 21.00 atau bagi yang lembur bisa jadi tidur pukul 24.00. Berarti sangat sedikit sekali waktu yang bisa ia gunakan untuk melakukan hal yang lain. Biasa orang yang terjebak pada rutinitas akan sulit sekali untuk berfikir kreatif.
Rutinitas adalah syndrome comfort zone. Zona nyaman terkadang menjebak kita, zona ini membuat kita takut untuk melangkah keluar karena berfikiran khawatir tidak bisa masuk kembali pada zona tersebut. Dalam bahasa sundanya ageung kasien (besar kekhawatiran). Makanya kenapa banyak orang yang sedikit alergi dengan kata change (berubah). Change memiliki banyak karakteristik, diantaranya; Pertama, ia begitu misterius karena tak mudah dipegang. Artinya banyak orang yang sampai pada puncak kesuksesan atau berubah kekondisi yang baik karena change. Namun juga ada yang turun dari puncak atau berubah kekondisi yang buruk juga karena change. Kedua, Change sangat berisiko tinggi. Rata-rata pemimpin atau orang-orang ‘besar’ karena berani mengambil risiko besar. Nabi Isa wafat disalibkan, Soekarno beberapa kali dipenjara, Nabi Muhammad banyak pengikutnya hingga kini + 1.5 Miliar yang sebelumnya banyak mengalami penyiksaan serta penghimpitan hidup. Ketiga, Tak semua orang bisa diajak melihat perubahan. Sebagian besar manusia yang merasa nyaman dengan realitas yang dialaminya akan sulit untuk diajak melihat jauh kedepan (go to the distance). Ia akan mempertahankan status quo, maka yang menjadi persoalan besar adalah mengajak orang melihat apa yang anda lihat dan mempercayainya. Keempat, perubahan terjadi setiap saat. Tanpa disadari perubahan baik skala mikro terjadi disekeliling kita, namun yang jadi masalah adalah kita menyadari atau tidak sebagaimana kita tidak sadar bahwa bumi yang kita tempati ini adalah berputar. Oleh karena itu perubahan harus diciptakan setiap saat, bukan sekali-kali karena bumi kita tidak berputar sesekali. Kelima, perubahan membutuhkan waktu, biaya dan kekuatan. Untuk mendaki gunung Jayawijaya di Papua membutuhkan waktu, biaya dan kekuatan kalau tidak maka sampai kapanpun tidak akan pernah mencapai puncak. Keenam, change banyak diwarnai oleh mitos negatif